Pages

Friday, 8 November 2013

Kenapa aku suka di alam?

Alam adalah alam. Alam itu indah. Memang tidak perlu di sanksikan lagi karena alam itu adalah ciptaan Tuhan sama seperti kita manusia adalah ciptaan Tuhan.
Mengapa aku suka di alam? Banyak yang bertanya padaku tentang ini.
Kenapa suka naik gunung?
Ya suka aja..
Kan capek trus sampe dipuncak ngapain?
Ngopi..ketawa – ketawa..liat langit..liat sunrise
Ngopi doang gitu? Liat sunrise yang juga bisa dari atas gedung kenapa mesti di guunung? Liat langit? Bukannya tiap hari juga liat ya? Ngumpul sama temen – temen kan juga bisa di cafe atau kalo mau berbau alam ya di ragunan atau dimanaaa gitu..gak usah capek – capek ke gunung kan?
(hening)

Iya memang. Agak sulit menjelaskan kepada orang yang belum pernah merasakan naik gunung atau hidup di alam. Belum tentu juga orang yang sering naik gunung dapat merasakan esensinya. Makna kesukaan akan alam itu pun akan muncul bila kita sungguh merenunginya.

Alam itu jujur. Dia akan menunjukkan badai bila memang sudah waktunya badai. Dia akan menunjukkan langit yang cerah pada orang – orang yang memang layak mendapatkannya. Dia akan menuntun kita dengan jalan yang berlumpur saat hujan dan jalan yang kering saat cuaca cerah. Dia akan menunjukkan bulan yang bersinar cerah jika langit tidak mendung. Bintang berbinar yang selalu menghiasi setiap perjalanan mendampingi sang bulan. Matahari yang memberikan kehangatan melawan terpaan angin dingin.

Alam itu jujur. Dari alam kita akan tahu kejujuran sang Pencipta – betapa Dia sangat mencintai ciptaan-Nya. Semua kekayaan alam itu menunjukkan cinta sang Pencipta pada manusia. Apa yang tidak diberiikan olehNya?

Dan aku pun bisa jujur. Semua kejujuran alam pada akhirnya akan membawa kita pada sebuah titik ketika kita dapat melihat diri kita secara jujur. Banyak orang berkata : Lingkungan lah yang membentuk kita. Hukum inilah yang selalu terjadi. Baik di alam maupun di perkotaan. Saat dikota, kita terlalu terlarut pada hiruk pikuk kota. Terlalu sibuk pada hal – hal duniawi. Gedung – gedung yang tinggi, jalan – jalan yang beraspal – semua buatan manusia - membuat kita hidup dalam kepalsuan. Hidup dengan topeng. Bahkan saat kita berkaca di cermin, topeng itulah yang kita lihat. Hingga kita takut melihat diri kita sendiri. Diri kita yang asli.
Kejujuran alam terkadang membuat kita sendiri terkejut. Kejujuran alam akan memperlihatkan bagaimana sifat asli kita yang tanpa topeng itu. Dan kita hanya bisa bilang “waaawww, gue kayak gitu ternyata.”

Jujur terhadap diri sendiri yang diperlukan untuk menjadi lebih baik. Sampai berapa kali pun orang melakukan kritik terhadap diri kita, kita tidak akan menjadi lebih baik jika kita tidak mau jujur pada diri sendiri. Kritikan dari orang lain akan menjadi batu yang lenyap ditelan pasir hisap jika kita tidak jujur kepada diri kita sendir bahwa kita memang seperti itu.


Well..lihat dan pandang diri kamu tanpa topeng. J

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter