Alam
adalah alam. Alam itu indah. Memang tidak perlu di sanksikan lagi karena alam
itu adalah ciptaan Tuhan sama seperti kita manusia adalah ciptaan Tuhan.
Mengapa
aku suka di alam? Banyak yang bertanya padaku tentang ini.
Kenapa
suka naik gunung?
Ya
suka aja..
Kan
capek trus sampe dipuncak ngapain?
Ngopi..ketawa
– ketawa..liat langit..liat sunrise
Ngopi
doang gitu? Liat sunrise yang juga bisa dari atas gedung kenapa mesti di
guunung? Liat langit? Bukannya tiap hari juga liat ya? Ngumpul sama temen –
temen kan juga bisa di cafe atau kalo mau berbau alam ya di ragunan atau
dimanaaa gitu..gak usah capek – capek ke gunung kan?
(hening)
Iya
memang. Agak sulit menjelaskan kepada orang yang belum pernah merasakan naik
gunung atau hidup di alam. Belum tentu juga orang yang sering naik gunung dapat
merasakan esensinya. Makna kesukaan akan alam itu pun akan muncul bila kita
sungguh merenunginya.
Alam
itu jujur. Dia akan menunjukkan badai bila memang sudah waktunya badai. Dia
akan menunjukkan langit yang cerah pada orang – orang yang memang layak
mendapatkannya. Dia akan menuntun kita dengan jalan yang berlumpur saat hujan
dan jalan yang kering saat cuaca cerah. Dia akan menunjukkan bulan yang
bersinar cerah jika langit tidak mendung. Bintang berbinar yang selalu
menghiasi setiap perjalanan mendampingi sang bulan. Matahari yang memberikan
kehangatan melawan terpaan angin dingin.
Alam
itu jujur. Dari alam kita akan tahu kejujuran sang Pencipta – betapa Dia sangat
mencintai ciptaan-Nya. Semua kekayaan alam itu menunjukkan cinta sang Pencipta
pada manusia. Apa yang tidak diberiikan olehNya?
Dan
aku pun bisa jujur. Semua kejujuran alam pada akhirnya akan membawa kita pada
sebuah titik ketika kita dapat melihat diri kita secara jujur. Banyak orang
berkata : Lingkungan lah yang membentuk kita. Hukum inilah yang selalu terjadi.
Baik di alam maupun di perkotaan. Saat dikota, kita terlalu terlarut pada hiruk
pikuk kota. Terlalu sibuk pada hal – hal duniawi. Gedung – gedung yang tinggi,
jalan – jalan yang beraspal – semua buatan manusia - membuat kita hidup dalam
kepalsuan. Hidup dengan topeng. Bahkan saat kita berkaca di cermin, topeng
itulah yang kita lihat. Hingga kita takut melihat diri kita sendiri. Diri kita
yang asli.
Kejujuran
alam terkadang membuat kita sendiri terkejut. Kejujuran alam akan memperlihatkan
bagaimana sifat asli kita yang tanpa topeng itu. Dan kita hanya bisa bilang
“waaawww, gue kayak gitu ternyata.”
Jujur
terhadap diri sendiri yang diperlukan untuk menjadi lebih baik. Sampai berapa
kali pun orang melakukan kritik terhadap diri kita, kita tidak akan menjadi
lebih baik jika kita tidak mau jujur pada diri sendiri. Kritikan dari orang
lain akan menjadi batu yang lenyap ditelan pasir hisap jika kita tidak jujur
kepada diri kita sendir bahwa kita memang seperti itu.
Well..lihat
dan pandang diri kamu tanpa topeng. J
No comments:
Post a Comment