Kau
datang saat hampir tidak ada lagi yang tersisa
Mungkin
nada – nada ini yang memanggilmu
Kujentikan
jemari disetiap tuts mayor
Nada mayor bersatu dengan kerasnya angin siang itu
Ah..kenapa
terdengar minor
Kau
tersenyum
Layaknya
pawang hujan yang berusaha meredakan badai
Mungkin
sebuah pertemuan biasa bagi mu
Kau
duduk dikursi
Diam
Entah
apa yang dipikirkan
Menikmati
mungkin atau membenci
Hari
berikut dan berikutnya senyum mu selalu sama
Mentari
pagi yang menyingkirkan embun
Itulah
kamu
Mentari
pagi selalu ada saat kau ada
Hangat
Untaian
kehangatan yang kau berikan
Kesegaran
senyumanmu
Terjalin
menjadi sebuah nada indah
Kupersemahkan
ini untukmu
Aku
pun ingin menjadi bunga dibwah mentari itu
Melengkapinya
Menambah
indah warnanya
Bisakah
aku?
Mentari
itu sedikit tertutup awan kini
Mungkin
aku tidak bisa
Tapi
mentari tak pernah memilih apa yang akan dihangatkannya
Hangatmu
bagian penting jiwaku
Hari
itu..
Senyummu
lebih cerah dari biasanya
Lebih
indah dari biasanya
Tak
kuasa ingin meraih senyummu selamanya
Aku
berbalik
Suatu
hari..
Semoga
nada ini
Nyanyian
bunga ini.
Sampai
padamu
Suatu
hari.
***
Kau
tiba – tiba hadir dalam hariku
Perpaduan
nada yang keluar dari hatimu
Indah
Sedih
Sepi
Kau
melihatku
Kau
tersenyum sekilas dan kembali memainkan tuts itu
Kupilih
diam dikursi
Pilihan
nada ini..perasaanmu mungkin membaur
Apa
yang kamu pikirkan?
Hari
berikutnya dan berikutnya aku ingin menemui mu
Menggapai
sisi lain dari wajahmu
Juga
ingin menyatukan nada itu dalam hatiku
Jari
dan persaanmu menjadi nada yang sama
Tiap
hari
Dapatkah
ku menggantinya?
Hari
itu…aku mendengarnya
Kau
berubah sedikit demi sedikit
Karena
aku ?
Mungkin
bukan aku. Mungkin dia
Nada
itu berubah sepenuhnya kini
Hangat
Tenang
Meski
bukan karena aku
Bahagia
tetap dihati
Hari
itu…
Senyummu…
Gambaran
nada hidupmu
Bisakah
aku mendengarnya lagi
Semoga..
Suatu
hari
No comments:
Post a Comment