Pages

Sunday, 2 November 2014

FEBRUARI 2008



Kau datang saat hampir tidak ada lagi yang tersisa

Mungkin nada – nada ini yang memanggilmu
Kujentikan jemari disetiap tuts mayor
Nada  mayor bersatu dengan kerasnya angin siang itu
Ah..kenapa terdengar minor

Kau tersenyum
Layaknya pawang hujan yang berusaha meredakan badai
Mungkin sebuah pertemuan biasa bagi mu

Kau duduk dikursi
Diam
Entah apa yang dipikirkan
Menikmati mungkin atau membenci

Hari berikut dan berikutnya senyum mu selalu sama
Mentari pagi yang menyingkirkan embun
Itulah kamu

Mentari pagi selalu ada saat kau ada
Hangat

Untaian kehangatan yang kau berikan
Kesegaran senyumanmu
Terjalin menjadi sebuah nada indah
Kupersemahkan ini untukmu

Aku pun ingin menjadi bunga dibwah mentari itu
Melengkapinya
Menambah indah warnanya
Bisakah aku?

Mentari itu sedikit tertutup awan kini
Mungkin aku tidak bisa

Tapi mentari tak pernah memilih apa yang akan dihangatkannya
Hangatmu bagian penting jiwaku

Hari itu..
Senyummu lebih cerah dari biasanya
Lebih indah dari biasanya

Tak kuasa ingin meraih senyummu selamanya

Aku berbalik

Suatu hari..
Semoga nada ini
Nyanyian bunga ini.
Sampai padamu

Suatu hari.


***

Kau tiba – tiba hadir dalam hariku

Perpaduan nada yang keluar dari hatimu
Indah
Sedih
Sepi

Kau melihatku
Kau tersenyum sekilas dan kembali memainkan tuts itu
Kupilih diam dikursi
Pilihan nada ini..perasaanmu mungkin membaur
Apa yang kamu pikirkan?

Hari berikutnya dan berikutnya aku ingin menemui mu
Menggapai sisi lain dari wajahmu
Juga ingin menyatukan nada itu dalam hatiku

Jari dan persaanmu menjadi nada yang sama
Tiap hari
Dapatkah ku menggantinya?
Hari itu…aku mendengarnya
Kau berubah sedikit demi sedikit
Karena aku ?

Mungkin bukan aku. Mungkin dia

Nada itu berubah sepenuhnya kini
Hangat
Tenang

Meski bukan karena aku
Bahagia tetap dihati

Hari itu…
 Senyummu…
Gambaran nada hidupmu

Bisakah aku mendengarnya lagi
Semoga..

Suatu hari




No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter