Pages

Monday, 10 November 2014

Hujan Awal November



Pernahkah kamu mencium udara di saat hujan?,
Maksudnya? Kenapa tiba – tiba bertanya seperti itu?
Ah..tidak. Hanya hari – hari ini belum hujan
Adit mengerenyitkan dahinya ketika melihat cewek disebelahnya memandang hampa keluar jendela. Seketika Dinda memandang Adit dengan sedih. Frekuensi mereka terganggu. Sejak awal pun demikian. Sejenak Dinda mandangi teh manis hangat didepannya. Menjentikan jari diatasnya. Riak air menunjukkan betapa selarasnya dunia ini. Kecuali mereka berdua.

Pernahkah kamu mencium bau udara saat hujan?
Hmm…baunya seperti kamu yang baru keluar dari kamar setelah nyelesain draft novel kamu.
Tawa jenaka khas Sam menadai kata – katanya. Dinda menyambutnya dengan tawa gembira. Sejenak Dinda memandangi Sam. Sepersekian detik yang intensif, melihatnya membuat Dinda sadar. Ia tidak pernah seintensif ini.

Dua tahun ini aku sayang kamu, Dinda. Seyum pangeran, mempesona , mentari di pagi hari.
Adit menyodorkan kotak kecil yang terbuka. Lingkaran bulat berkilau, dihiasi delima merah ditengahnya.
Dinda terkesiap.
Aku ingin bersama kamu. Selamanya. Rona merah mengihiasi sudut pipinya, cerahnya kilauan dimatanya mungkin mengalahkan mendung hari ini.
Dinda terdiam.
Tetes hujan membaurkan bau ala hujan, memutuskan harapan mentari pagi hari bersinar.
Sam.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter