Pernahkah
kamu mencium udara di saat hujan?,
Maksudnya?
Kenapa tiba – tiba bertanya seperti itu?
Ah..tidak.
Hanya hari – hari ini belum hujan
Adit
mengerenyitkan dahinya ketika melihat cewek disebelahnya memandang hampa keluar
jendela. Seketika Dinda memandang Adit dengan sedih. Frekuensi mereka
terganggu. Sejak awal pun demikian. Sejenak Dinda mandangi teh manis hangat
didepannya. Menjentikan jari diatasnya. Riak air menunjukkan betapa selarasnya
dunia ini. Kecuali mereka berdua.
Pernahkah
kamu mencium bau udara saat hujan?
Hmm…baunya
seperti kamu yang baru keluar dari kamar setelah nyelesain draft novel kamu.
Tawa
jenaka khas Sam menadai kata – katanya. Dinda menyambutnya dengan tawa gembira.
Sejenak Dinda memandangi Sam. Sepersekian detik yang intensif, melihatnya
membuat Dinda sadar. Ia tidak pernah seintensif ini.
Dua
tahun ini aku sayang kamu, Dinda. Seyum pangeran, mempesona , mentari di pagi
hari.
Adit
menyodorkan kotak kecil yang terbuka. Lingkaran bulat berkilau, dihiasi delima
merah ditengahnya.
Dinda
terkesiap.
Aku
ingin bersama kamu. Selamanya. Rona merah mengihiasi sudut pipinya, cerahnya
kilauan dimatanya mungkin mengalahkan mendung hari ini.
Dinda
terdiam.
Tetes
hujan membaurkan bau ala hujan, memutuskan harapan mentari pagi hari bersinar.
Sam.
No comments:
Post a Comment